LAPORAN TUGAS AKHIR BAYI NORMAL
Puji syukur penulis
ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyusun dan menyelesaikan proposal laporan tugas akhir ini
dengan judul asuhan pada ibu nifas normal dengan teknik menyusui.
Penulis banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak untuk menyelesaikan laporan tugas akhir
ini
Penulis menyadari bahwa
penulisan LTA ini masih banyak perbaikanbaik dari segi isi maupun dari
segi teknik penyusunannya.Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun dengan maksud menyempurnakan proposalini.
Akhirnya kepada Allah
SWT jualah kita berserah semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapat
imbalan dari Allah SWT.
NOVEMBER
2017
penulis
DAFTAR
ISI
BAB
I .... PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang................................................................................. 1
B. Tujuan............................................................................................. 3
C. Manfaat........................................................................................... 4
D. Ruang
lingkup.................................................................................. 4
BAB
II .. LANDASAN TEORITIS
A. Konsep
dasar................................................................................... 5
B. manajemen....................................................................................... 30
BAB
III LANGKAH-LANGKAH PENGAMBILAN KASUS
B. Lokasi
dan
Waktu............................................................................ 37
C. Cara
pengambilan
kasus................................................................... 37
D. Instrumen......................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Upaya
menciptakan hidup sehat harus dimulai sejak bayi karena pada masa
ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat besar sehingga dapat
menentukan pertumbuhan dan perkembangan di masa dewasa (Shahnaz, 2007). Ibu
harus melakukan perawatan bayi yang benar dan tepat agar terciptanya hidup yang
sehat pada bayi mereka, karena ibu merupakan pengasuh utama bagi bayi mereka
dalam memenuhi perkembangan fisik, sosial, emosional, dan kognitif yang sehat
pada bayi mereka (Shahnaz, 2007). Ibu harus memiliki inisiatif dalam merawat
dan menyelesaikan masalah yang terjadi pada bayi mereka. Hal ini harus didasari
oleh pengetahuan ibu yang baik (Muh Askar & Juriadi, 2014).
Banyak ibu
yang belum memahami cara perawatan bayi baru lahir, karena pengetahuan dan
pengalaman ibu yang rendah (Christy, 2013). Hal ini membuat ibu menjadi takut,
cemas dan bingung pada perasaan dan keyakinannya dalam merawat bayi mereka,
terutama pada anak perama karena ketidaktahuan mereka akan cara merawat bayi
yang benar (Wong, 2009). Hal inilah yang membuat anak pertama sering disebut
sebagaiexperiment child (Rahmi, 2008 dalam Wulanningrum & Irdawati,
2011)
Jika
keadaan ini berlanjut terus-menerus akan mempengaruhi kesehatan bayi mereka
(Christi, 2013). Hal ini sesuai dengan yang disampaikan UNICEF (2012)
bahwa pengetahuan ibu yang rendah beresiko tinggi terjadi masalah kesehatan
pada bayinya daripada ibu yang memiliki pengetahuan yang tinggi. Pengetahuan
ibu yang dipengaruhi pendidikan ibu, dimana berdasarkan data UNICEF (2012)
bahwa selama tahun 1998-2007 angka kematian bayi pada anak-anak dari ibu yang
tidak berpendidikan adalah 73 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan angka
kematian bayi pada anak-anak dari ibu yang berpendidikan menengah atau lebih
tinggi adalah 24 per 1000 kelahiran hidup. Masalah kesehatan yang mungkin
terjadi pada bayinya adalah kesulitan pemberian makan bayi sampai gangguan
nutrisi, infeksi pada bayi dan masalah kesehatan lainnya (Wong dkk, 2009).
Masalah kesehatan bayi dapat menyebabkan bayi rentan terhadap kematian (Meadow
& Newell, 2009).
Sebagian
besar kematian anak di Indonesia saat ini terjadi pada masa baru lahir
(neonatal), bukan bulan pertama stelah kelahiran (UNICEF, 2012). Angka kematian
neonates tahun 2012 di seluruh dunia adalah 21 kematian neonatal per 1000
kelahiran hidup, sedangkan angka kematian neonatal tahun 2012 di Indonesia
adalah 19 kematian neonatal per 1000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian
neonatal tahun 2012 di Indonesia adalah 19 kematian neonatal per 1000 kelahiran
hidup (UNICEF, 2014). Kematian pada neonatal biasanya diawali dari penyakit
yang diderita anak tersebut yang sebenarnya masih bisa ditanggulangi (Meadow
& Newell, 2009). Oleh karena itu, ibu harus merawat dan memperhatikan
bayinya dengan benar, agar tidak merusak kelangsungan hidup bayi secara
keseluruhan (Thairu & Pelto, 2008).
Ibu
harus mempersiapkan diri dengan meningkatkan pengetahuan dalam melakukan
perawatan bayi baru lahir, karena kemampuan ibu dalam melakukan perawatan bayi
baru lahir dipengaruhi oleh pengetahuan ibu sejak awal, jika ibu tidak memiliki
pengetahuan yang baik maka ibu akan mengalami kesulitan dalam menjalankan peran
baru sebagai ibu (Friedman dkk, 2013). Kemampuan ibu dalam melakukan perawatan
bayi baru lahir juga dipengaruhi oleh latar belakang budaya ibu tersebut,
karena biasanya banyak mitos dari budaya tertentu yang tidak sesuai dengan cara
merawat bayi baru lahir yang tepat, serta informasi juga didapatkan terutama
dari orang tuanya (Friedman dkk, 2013).
Orang
tua dan mertua sering memberikan nasihat dan bimbingan serta bantuan dalam
merawat bayi mereka (Yupi, 2010). Hal ini bertujuan agar pengetahuan ibu dapat
meningkat untuk mencegah sakit pada bayi baru lahir (Christi, 2013). Cara orang
tua dan mertua dalam mengajarkan ibu biasanya sesuai dengan cara mereka merawat
anaknya dahulu,hal ini yang membuat ibu melakukan kesalahan yang sama yang
dilakukan orang tua dan mertua mereka (Yupi, 2010). Pada saat ibu menyadari
bahwa perawatan yang dilakukan orang tuanya adalah salah dan menimbulkan dampak
masalah kesehatan pada anaknya barulah ibu mengubah perilakunya menjadi
perilaku yang lebih baik dalam merawat bayi baru lahir (Chisti, 2013).
Pada
saat menimbulkan dampak kesehatan pada bayinya, ibu baru meningkatkan
pengetahuan cara merawat bayi yang tepat dan benar (Christi, 2013). Ketika
pengetahuan ibu sudah bertambah maka ibu akan merasa lebih percaya diri dan
merasa lebih nyaman untuk melakukan perawatan pada bayi baru lahir (Aziz,
2005). Pengetahuan ibu terhadap kesehatan bayi baru lahir menjadi lebih baik,
karena telah terpapar pendidikan kesehatan oleh tenaga kesehatan (Adam dkk,
2014). Pengetahuan ibu dapat meningkatkan kualitas perawatan bayi baru lahir
dan dapat mencegah terjadinya sakit pada bayi mereka (Yupi, 2010).
Bayi
sangat rentan terserang penyakit karena belum memiliki daya imun yang sempurna,
oleh karena itu orang tua harus memperhatikan cara perawatan bayi baru lahir
secara tepat dan komprehensif (Putra, 2012). Penyakit yang diderita bayi yang
paling umum disebabkan oleh bakteri dan virus yang bisa datang dari perawatan
bayi yang kurang tepat (Putra, 2012). Oleh karena itu ibu harus menjaga kebersihan
bayinya secara keseluruhan untuk mencegah penyakit dengan memandikan bayi dan
melakukan perawatan tali pusat pada bayi baru lahir agar bakteri atau virus
tidak masuk ke tubuh bayi melalui tali pusat.
Selain
personal hygiene, ibu wajib melakukan imunisasi pada bayinya untuk meningkatkan
daya imun bayi tersebut dan imunisasi juga merupakan program wajib yang
dilakukan di Indonesia yang telah dijelaskan dalam Peraturan Menteri Kesehatan
RI No. 42 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisassi (KEMENKES, 2013). Daya
imun tubuh bayi harus tetap dijaga oeh ibu dan ibu juga harus memberikan
nutrisi yang cukup untuk bayinya karena nutrisi sangat penting untuk tumbuh
kembang bayi dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh bayi (Ai & Lia, 2010).
Nutrisi
yang tepat untuk bayi adalah ASI eksklusif, karena kandungan nutrisi yang ada
di dalam ASI sesuai dengan nutrisi yang dibutuhkan bayi tersebut (Ai & Lia,
2010). Perawatan-perawatan bayi baru lahir tersebut juga harus didukung dengan
melakukan pijat bayi agar tubuh bayi menjadi lebih rileks dan efektif untuk
meningkatkan waktu istirahat bayi (Vivian, 2010). Oleh karena itu, perawatan
bayi baru lahir yang akan diteliti adalah tentang memandikan bayi , perawatan
tali pusat, ASI eksklusif, Imunisasi dan pijat bayi.
Berdasarkan latar
belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam terkait asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir normal di BPM Bidan Nina Herliani.
B. TUJUAN
TUJUAN UMUM
Penelitian ini
bertujuan untuk melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal secara
tepat dan komprehensif di Puskesmas Mutia Barat
TUJUAN KHUSUS
- Mengumpulkan data subyektif dan obyektif pada bayi baru lahir normal.
- Menyimpulkan kondisi pasien berdasarkan data subjektif dan objektif, antisipasi masalah potensial, yang dialami pasien berdasarkan hasil pemeriksaan, dan melaksanakan tindakan segera sesuai dengan masalah potensial.
- Merencanakan tindakan/ asuhan berdasarkan kondisi pasien yang telah disimpulkan tanpa mengabaikan antisipasi masalah/komplikasi yang mungkin terjadi, melaksanakan tindakan/ asuhan yang telah direncanakan, dan menganalisis keefektifan rencana dan pelaksanaan asuhan yang telah dilakukan serta melakukan evaluasi.
- Mendokumentasikan asuhan yang telah diberikan dengan metode SOAP.
C. MANFAAT
1. Bagi
Tenaga Kesehatan
Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan gambaran bagi tenaga kesehatan tentang cara
melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal secara tepat dan
komprehensif.
2. Bagi
Institusi
Penelitian ini
diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan
serta dapat menjadi data tentang asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal.
3. Bagi
Peneliti
Penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan referensi bagi peneliti
selanjutnya tentang asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal.
D. RUANG
LINGKUP
Penelitian ini
bertujuan untuk melakukan asuhan pada bayi baru lahir normal secara tepat dan
komprehensif di BPM Bidan Nina Herliani tahun 2015. Penelitian ini dilakukan di
bulan Oktober sampai Desember 2015dengan melakukan Asuhan Kebidanan Pada Bayi
Baru Lahir dan di dokumentasikan secara SOAP
BAB
II
KERANGKA
TEORI
A. Konsep
Bayi Baru Lahir
1. Pengertian
Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal
adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat
badan 2500 gram sampai 4000 gram (Ibrahim kristiana S, (1984) dalam Vivian,
2010).
2. Ciri-Ciri
Bayi Normal
Menurut Vivian (2010)
seorang bayi baru lahir dikatakan normal apabila memiliki ciri-ciri, yaitu
lahir antara 37-42 minggu, berat badan lahir 2500-4000 gram, panjang lahir
48-52 cm, lingkar dada 30-38 cm, lingkar kepala 33-36 cm, bunyi jantung pada
menit pertama 180x/menit, kemudian 120-140 x/menit, pernafasan pada menit
pertama 80 x/menit, kemudian 40 x/menit, kulit kemerah-merahan dan licin,
rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala sudah sempurna, kuku agak panjang
dan lemas, labia mayora sudah menutupi labia minora (perempuan) testis sudah
turun di dalam scrotum (laki-laki), refleks hisap dan menelan sudah terbentuk,
refleks moro baik (bila dikagetkan bayi akan memperlihatkan gerakan memeluk),
refleks grasping baik (bila diletakkan beda pada telapak tangan bayi akan
menggenggam), eliminasi baik (urine dan mekonium keluar dalam 24 jam pertama).
3. Perubahan
Pada Bayi Baru Lahir
Menurut Anik (2010)
saat bayi keluar dari jalan lahir, bayi melakukan adaptasi-adaptasi. Adapun
adaptasi tersebut adalah :
a. Perubahan sistem pernafasan
Selama dalam uterus,
janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui placenta. Setelah bayi lahir
harus melalui paru-paru bayi pernafasan pertama pada BBL terjadi normal dalam
waktu 30 detik. Setelah kelahiran tekanan rongga dada bayi pada saat melalui
jalan lahir pervagina mengakibatkan cairan paru-paru (pada bayi normal
jumlahnya 80 – 100 ml). kehilangan 1/3 dari jumlah cairan tersebut sehingga
cairan yang hilang ini diganti dengan udara. Pernafasan pada eonates terutama
pernafasan diafragmatik dan abdominal dan biasanya masih tidak teratur
frekwensi dan dalamnya pernafasan.
Bayi itu umumnya segera
menangis sekeluarnya dari jalan lahir. Sebagai sebab-sebab yang menimbulkan
pernafasan yang pertama, yaitu rangsangan pada kulit bayi,
tekanan pada thorax sebelum bayi lahir, penimbunan CO2, kekurangan O2,
pernafasan intrautrin , danpemeriksaan bayi.
b. Perubahan kadar karbohidrat/glukosa
Fungsi otak memerlukan
glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan
klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa
darahnya sendiri.
Pada setiap bayi baru
lahir glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam).
Koreksi penurunan gula
darah dapat terjadi dengan 3 cara, cara pertama melalui penggunaan ASI (bayi
baru lahir sehat harus didorong untuk menyusu ASI secepat mungkin setelah
lahir). Cara kedua melalui penggunaan cadangan glikogen
(glikogenolisis). Cara ketiga melalui pembuatan glukosa dari sumber lain
terutama lemak (glukoneogenesis).
c. Perubahan
suhu tubuh
Bayi baru lahir belum
dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan mengalami eonat dengan adanya
perubahan-perubahan lingkungan.
Bayi baru lahir dapat
kehilangan panas melalui:
1) Evaporasi :
cairan menguap pada kulit yang basah.
2) Konduksi :
kehilangan panas oleh karena kulit bayi berhubungan langsung dengan benda/alat
yang suhunya lebih dingin.
3) Konveksi :
terjadi bila bayi telanjang di ruang yang eonates dingin (25oC atau kurang)
4) Radiasi
adalah kehilangan panas karena tubuh bayi yang lebih panas menyentuh permukaan
yang lebih dingin.
d. Perubahan
pada sistem kardiovaskuler
Pada sistem kardiovaskuler
harus terjadi 2 perubahan besar, yaitu:
1) Penutupan
foramen ovale atrium jantung.
2) Penutupan
duktus afteriosus antara arteri paru dan aorta.
Dua peristiwa yang
mengubah tekanan dalam eonat pembuluh
1) Pada
saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh darah meningkat dan tekanan
atrium kanan menurun. Tekanan atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran
darah ke atrium kanan yang mengurangi volume dan selanjutnya tekanannya. Kedua
kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengatur ke
paru-paru untuk mengalami proses oksigenasi ulang.
2) Pernafasan
pertama menurunkan resistensi pembuluh paru dan meningkatkan tekanan atrium
kanan. Oksigen pada pernafasan pertama ini menimbulkan relaksasi dan
terbakarnya eonat pembuluh baru. Dengan peningkatan tekanan pada atrium kiri
foramen ovale secara fungsi akan menutup.
e. Perubahan
gastrointestinal (ginjal)
Kemampuan bayi baru
lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan masih terbatas, juga
hubungan antara osephagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan
gumoh pada bayi baru lahir dan bayi muda. Kapasitas lambung sendiri sangat
terbatas kurang dari 30 cc..
Faeces pertama bayi
adalah hitam kehijauan, tidak berbau, substansi yang kental disebut mekonium.
Faeces ini mengandung sejumlah cairan amnion, verniks, sekresi saluran
pencernaan, empedu, dan zat sisa dari jaringan tubuh. Pengeluaran ini akan
berlangsung sampai hari ke 2-3. Pada hari ke 4-5 warna tinja menjadi coklat
kehijauan.
Bila kandung kencing
belum kosong pada waktu lahir, air kencing akan keluar dalam waktu 24 jam yang
harus dicatat adalah kencing pertama, frekuensi kencing berikutnya, serta
warnanya bila tidak kencing/menetes/perubahan warna kencing yang berlebihan.
f. Perubahan
berat badan
Dalam hari-hari pertama berat badan akan turun oleh karena pengeluaran (meconium, urine, keringat) dan masuknya cairan belum mencukupi. Turunnya berat badan tidak lebih dari 10%. Berat badan akan naik lagi pada hari ke 4 sampai hari ke 10. Cairan yang diberikan pada hari 1 sebanyak 60 ml/kg BB setiap hari ditambah sehingga pada hari ke 14 dicapai 200 ml/kg BB sehari.
g. Sistem
skeletal
Tulang-tulang lunak karena tulang tersebut sebagian besar terdiri dari kartilago yang hanya mengandung sejumlah kecil kalsium.
h. Sistem neuromuskular
Pada saat lahir otot bayi lambat dan lentur, otot-otot tersebut memiliki tonus kemampuan untuk berkontraksi ketika dirangsang, tetapi bayi kurang mempunyai kemampuan untuk mengontrolnya. Sistem persarafan bayi cukup berkembang untuk bertahan hidup tetapi belum terintegrasi secara sempurna
4. Periode
Transisional
Menurut Patricia (2006) periode transisional mencakup tiga periode, meliputi:
a. Periode
pertama reaktivitas
Periode reaktivitas
berakhir kira-kira 30 menit setelah kelahiran.
Karakteristik :
1) Tanda-tanda
vital bayi baru lahir sebagai berikut : frekuensi nadi cepat dan tidak teratur,
frekuensi pernapasan mencapai 80 x/menit, irama tidak teratur dan beberapa bayi
mungkin dilahirkan dengan keadaan pernapasan cuping hidung, ekspirasi mendengkur
serta adanya retraksi.
2) Fluktuasi warna dari merah jambu pucat ke sianosis
3) Bising usus biasanya tidak ada, bayi biasanya tidak berkemih ataupun mempunyai pergerakan usus pada periode ini.
4) Bayi baru lahir mempunyai sedikit jumlah mucus, menangis kuat, refleks menghisap kuat.
b. Fase tidur
Fase tidur dimulai
kira-kira 30 menit setelah periode pertama reaktivitas, dan bisa berakhir dari
satu menit sampai 2-4 jam.
1) Tanda-tanda
vital bayi baru lahir sebagai berikut : frekuensi nadi dan pernapasan menurun
(kembali ke nilai dasar).
2) Kestabilan
warna kulit; terdapat beberapa akrosianosis.
3) Bising
usus bisa didengar.
c. Periode kedua reaktivitas
Periode kedua
reaktivitas berakhir sekitar 4-6 jam.
1) Tanda-tanda
vital bayi baru lahir sebagai berikut : frekuensi nadi 120-160 x/menit dan
dapat bervariasi, frekuensi pernapasan berkisar 30-60 x/menit dengan pernapasan
yang lebih cepat tetapi tetap stabil.
2) Fluktuasi
warna dari merah jambu pucat atau kebiruan ke sianotik ringan disertai dengan
bercak-bercak.
3) Bayi
kerap berkemih dan mengeluarkan mekonium di periode ini.
4) Peningkatan
sekresi mucus dan bayi bisa tersedak saat sekresi. Refleks hisap sangat kuat,
dan bayi sangat aktif.
5. Manajemen Bayi Baru Lahir Normal
Manajemen bayi baru lahir normal menurut JNPK-KR (2008) terdiri atas 2 penilaian,yaitu :
a. Penilaian
sebelum bayi lahir ada mencakup 2 pertanyaan. Pertanyaan
tersebut adalah apakah kehamilan cukup bulan? Dan apakah
air ketuban jernih,tidak bercampur mekonium?
b. Penilaian
segera setelah bayi lahir ada mencakup 2 pertanyaan. Pertanyaan tersebut
adalah apakah bayi menangis atau bernapas/ tidak megap-megap? Dan apakah
tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
6. Asuhan Bayi Baru Lahir
Menurut JNPK-KR (2008) dan Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar (2015) apabila bayi baru lahir cukup bulan, ketuban jernih, bayi menangis atau bernafas, dan tonus otot baik maka asuhan yang akan diberikan adalah :
a. Jaga
kehangatan
Pada waktu bayi
lahir, bayi mampu mengatur secara tetap suhu tubuhnya dan membutuhkan
pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat, bayi baru lahir harus
dibungkus dengan kain hangat karena suhu tubuuh bayi merupakan tolak ukur
kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai tubuhnya stabil.
Cara pencegahan
kehilangan panas:
a) Ruang bersalin ynag hangat
b) Keringkan
bayi tanpa membersihkan verniks
c) Letakkan
bayi di dada atau perut ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi.
d) Anjurkan
ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.
e) Gunakan
pakaian yang sesuai.
f) Jangan
segera menimbang atau memandikan bayi.
g) Rawat
gabung
h) Resusitasi
dalam lingkungan yang hangat.
i) Transportasi
hangat
j) Pelatihan
untuk petugas dan konseling untuk keluarga
b. Membersihkan
jalan napas.
Sangat penting membersihkan jalan nafas, sehingga upaya bernafas tidak akan menyebabkan aspirasi lendir (masuknya lendir ke paru-paru). Bayi normal akan segera menangis spontan segera sesudah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara:
1) Meletakkan
bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
2) Gulung
sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lurus dan kepala
tidak menekuk, posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang.
3) Bersihkan
hidung, mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang dibungkus dengan
kassa steril.
4) Tepuk
kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain
kering dan kasar, dengan rangsangan ini biasanya bayi akan segera menangis.
c. Keringkan
d. Pemantauan tanda bahaya
Lakukan pemantauan tanda bahaya pada bayi. Tanda bahaya tersebut adalah apabila bayi tidak dapat menetek, kejang, bayi bergerak hanya jika dirangsang, kecepatan nafas >60 x/menit, tarikan dada bawah yang dalam, merintih dan mengalami sianosis sentral.
e. Memotong
tali pusat
Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu stabil maka lakukan pengikatan punting tali pusat. Yang pertama dilakukan adalah mencelupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam klorin 0,5 % untuk membersihkan dari darah dan secret lainnya. Kemudian bilas dengan air DTT, lalu keringkan dengan handuk bersih dan kering. Ikat punting tali pusat dengan jarak 1 cm dari dinding perut bayi (pusat). Gunakan benang atau klem plastic DTT/steril. Kunci ikatan tali pusat dengan simpul mati atau kuncikan penjepit plastic tali pusat. Jika pengikatan dilakukan dengan benang tali pusat dan ikat untuk kedua kalinya dengan simpul mati di bagian berlawanan. Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan dalam klorin 0,5 %. Kemudian letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk inisiasi menyusui dini.
Berikan nasehat pada ibu
dan keluarga agar melipat popok di bawah punting tali pusat dan punting
sebaiknya tidak dibubuhkan apapun.
f. Inisiasi
Menyusui Dini (IMD)
Prinsip pemberian ASI
adalah dimulai sedini mungkin dan eksklusif. Segera setelah bayi lahir, setelah
tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di perut ibu dengan kulit bayi
kontak ke kulit ibu.
Keuntungan IMD untuk
ibu :
Membantu
kontraksi uterus
Merangsang
kolostrum dan meningkatkan ASI
Membantu
ibu mengatasi stress
Menunda
ovulasi
Keuntungan IMD untuk
bayi :
Mengurangi
infeksi dengan kolostrum
Mengurangi
22% kematian bayi berusia 28 hari kebawah
Membantu
bayi mengkoordinasikan kemampuan isap, telan dan napas.
Meningkatkan
jalinan kasih sayang ibu dengan bayi
Mencegah
kehilangan panas.
g. Beri
suntikan vitamin K 1 mg IM
Untuk mencegah perdarahan karena defesiensi vitamin K maka setiap bayi yang baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tingi diberi vitamin K parenferal dosis 0,5 – 1 mg (1 M).
h. Beri
salep mata antibiotika tetrasiklin 1% pada kedua mata
Tetes mata/salep antibrotika yang diberi dalam waktu 1 jam pertama setelah kelahiran. Obat yang diberikan berupa tetes mata (larutan perat nitrat 1%) atau salep (salep mata eritromisin 0,5%) salep/tetes mata yang diberikan dalam 1 garis lurus, mulai dari bagian mata yang paling dekat dengan hidung bayi menuju bagian luar mata.
i. Pemeriksaan
Hari pertama kelahiran bayi sangat penting. Banyak perubahan yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan didalam rahim ke kehidupan luar rahim.
Pemeriksaan BBL
bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin jika terdapat kelainan pada bayi.
Resiko terbesar BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga jika bayi
lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal selasa 24
jam pertama.
j. Beri
imunisasi hepatitis B 0,5 mL IM
Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi hepatitis B pertama diberikan 1-2 jam pertama setelah vitamin K, pada saat bayi baru berumur 2 jam.
Untuk bayi yang lahir
di fasilitas kesehatan dianjurkan diberikan BCG dan OPV pada saat sebelum bayi
pulang dari klinik.
Lakukan pencatatan dan
anjurkan ibu untuk kembali untuk mendapatkan imunisasi berikutnya sesuai jadwal
pemberian imunisasi.
6. Perawatan
Bayi Di Rumah
Perawatan bayi adalah tindakan yang dilakukan untuk merawat dan menjaga kesehatan bayi, serta memenuhi kebutuhan dasar bayi (Gupte, 2004). Perawatan bayi baru lahir terdiri dari ASI eksklusif, perawatan mata, perawatan kulit, memandikan bayi, pijat bayi, perawatan tali pusat, menjaga kehangatan bayi, pakaian bayi, imunisasi, perawatan bayi secara umum, observasi bayi (Dalta, 2007). Berikut ini adalah perawatan bayi baru lahir yang akan dijelaskan adalah sebagai berikut :
a. Perawatan
Tali Pusat
Banyak pendapat tentang cara terbaik untuk merawat tali pusat. Telah dilaksanakan beberapa uji coba klinis untuk membandingkan cara penanganan tali pusat yang berbeda-beda dan semuanya menunjukkan hasil yang serupa.
Suatu studi yang dilakukan oleh Brain (1993), menunjukkan bahwa dengan apus alkohol dan diikuti taburan bedak antiseptik dapat mempercepat waktu lepasnya tali pusat. Tapi pada suatu uji coba klinis besar, ditemukan bahwa meskipun bedak antiseptik dapat mempercepat pelepasan tali pusat lebih dini, namun luka bekas tali pusat tersebut lebih lama sembuhnya (Mungford, 1986).
Untuk diwaspadai bagi
negara-negara yang beriklim tropis, peng-gunaan alkohol yang populasi dan
terbukti efektif, di daerah panas alkohol mudah menguap dan terjadi penurunan
efektifitasnya. Bedak antiseptik juga dapat kehilangan efektivitasnya terutama
dalam suasana kelembaban tinggi (bila tidak selalu dijaga biar selalu dingin
dan kering), sehingga penggunaan bahan tersebut mengakibatkan peningkatan
infeksi.
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan membiarkan tali pusat mengering, tidak ditutup dan hanya membersihkan setiap hari menggunakan air bersih, merupakan cara paling efektif untuk perawatan tali pusat. Penting dinasehatkan kepada ibu dan mereka yang membantu merawat bayi agar tidak membubuhkan apapun dan hendaknya tali pusat dibiarkan tetap terbuka dan kering(Vivian, 2010)
b. Memandikan
Bayi
Memandikan bayi merupakan upaya yang dilakukan untuk menjaga agar tubuh bayi bersih, terasa segar dan mencegah kemungkinan infeksi (Hidayat, 2009). Prinsip dalam memandikan bayi yang harus diperhatikan adalah mempertahankan kehangatan bayi setelah dimandikan dan menjaga agar air tidak masuk ke hidung, mulut atau telinga yang dapat mengakibatkan aspirasi (Hidayat, 2009). Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk memandikan bayi, yaitu memandikan bayi dengan washlap dan dengan cara rendam(Putra, 2012).
c. Pijat
Bayi
Menurut Vivian (2010) pijat bayi adalah sentuhan pijat kepada bayi yang bertujuan untuk membuat bayi menjadi lebih rileks, meningkatkan efektifitas istirahat bayi, memperbaiki konsentrasi bayi, memperkuat system kekebalan tubuh, meningkatkan nafsu makan, menstimulasi aktifitasnervus vagus untuk memperbaiki pernafasan, meningkatkan aliran oksigen dan nutrisi menuju sel. Pijat bayi dapat dilakukan pagi hari sebelum mandi atau bisa juga malam hari sebelum bayi tidur, karena aktifitas bai cukup melelahkan dan dapat dilakukan 1-2 jam setelah makan/minum. Keadaan yang tidak diperbolehkan adalah ketika bayi sedang lapar, baru selesai makan, saat bayi sedang demam dan saat bayi tampak kurang nyaman atau gelisah.
d. ASI
eksklusif
Menurut Anik (2010) menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan Air Susu Ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan susu. Bukti eksperimental menyimpulkan bahwa air susu ibu adalah gizi terbaik untuk bayi. Seorang bayi dapat disusui oleh ibunya sendiri atau oleh wanita lain. ASI juga dapat diperah dan diberikan melalui alat menyusui lain seperti botol susu, cangkir, sendok, atau pipet. Pemerintah dan organisasi internasional sepakat untuk mempromosikan menyusui sebagai metode terbaik untuk pemberian gizi bayi setidaknya tahun pertama dan bahkan lebih lama lagi, antara lain WHO, American Academy of Pediatrics, dan Departemen Kesehatan.
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi dilahirkan sampai usia 6 bulan. ASI sangat baik untuk kesehatan bayi, ASI juga mengandung antibiotik yang bisa melindungi bayi dari berbagai penyakit selama antibodinya berkembang. Oleh sebab itu pemberian ASI disarankan pada 6 bulan
awal masa kelahiran (ASI eksklusif).
e. Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan kedalam tubuh.
Untuk melindungi dan
mencegah terhadap penyakit-penyakit menular yang sangat berbahaya bagi bayi dan
anak dan apabila sudah terjadi penyakit, maka penyakitnya itu tidak menjadi
tambah parah. Untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan
terhadap penyakit.
Semua orang, terutama
bayi dan anak sejak lahir memerlukan Imunisasi untuk melindungi tubuhnya dari
penyakit-penyakit yang berbahaya. Semua orang yang kontak (berhubungan)
dengan penderita penyakit menular .
Memberikan suntikan
imunisasi pada bayi anda tepat pada waktunya adalah faktor yang sangat penting
untuk kesehatan bayi anda. Yakinlah bahwa dengan membawa bayi anda untuk
melakukan imunisasi adalah salah satu yang terpenting dari bagian tanggung
jawab anda sebagai orang tua. Imunisasi (atau “vaksinasi”) diberikan
mulai dari lahir sampai awal masa kanak-kanak dan Semua anak yang berumur 0 –
12 bulan harus mendapat imunisasi. Terdiri dari BCG, Polio (1,2,3,4),
Hepatitis (B1, B2, B3), DPT (1,2,3), dan campak.
B. Konsep
Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir
1. Definisi
Menurut Varney (1997) manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisir pikiran serta tindakan berdasarkan teori yang ilmiah. Penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian tahapan untuk mengambil keputusan yang berfokus pada klien.
Asuhan bayi baru lahir normal adalah asuhan yang diberikan pada bayi pada jam pertama kelahiran, dilanjutkan sampai 24 jam setelah kelahiran.
2. Tujuan
Memberikan asuhan yang
adekuat dan terstandart pada bayi baru lahir dengan memperhatikan riwayat bayi
selama kehamilan, dalam persalinan dan keadaan bayi segera setelah
dilahirkan (Ai & Lia, 2010).
3. Hasil
yang Diharapkan
Menurut Ai &
Lia (2010) terlaksananya asuhan segera/rutin pada bayi baru lahir
termasuk melakukan pengkajian, membuat diagnosa, mengidentifikasi masalah dan
kebutuhan bayi, mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial, tindakan
segera setelah merencanakan asuhan.
Melakukan pengkajian
dan mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi bayi baru lahir.
Pengkajian bayi baru
lahir dibagi dalam 2 bagian:
a. Pengkajian
segera setelah bayi lahir
Bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi baru lair dari kehidupan dalam uterus ke kehidupan luar uterus, yaitu dengan penilaian apgar. Pengkajian sudah dimulai sejak kepala tampak divulva (crowning).
b. Pengkajian
keadaan aspek
Setelah pengkajian segera setelah bayi lahir, untuk memastikan bayi dalam keadaan normal atau mengalami penyimpangan.
4. Manajemen
Asuhan
Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan yang dimulai dengan pengumpulan data dasardan diakhiri dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bias diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah tersebut bias dipecah-pecah ke dalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien. Setiap langkah dalam manajemen kebidanan akan dijabarkan sebagai berikut:
1.Tahap Pengumpulan
Data Dasar (Langkah I)
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi ( data ) yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi ( data ) yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:
a. Anamnesis
Anamnesis
dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan,
riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, bio-psiko-soiso-spiritual, serta
pengetahuan klien.
b Pemeriksaan
fisik sesuia dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, meliputi:
1) Pemeriksaan
khusus ( inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi )
2) Pemeriksaan
penunjang ( laboratorium dan catatan terbaru serta catatan sebelumnya )
Dalam
manajemen kolaborasi, bila klien mengalami komplikasi yang perlu
dikonsultasikan kepada dokter, bidan akan melakukan upaya konsultasi. Tahap ini
merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya sehingga
kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan benar
tidaknya proses interpretasi pada tahap selanjutnya. Oleh karena itu,
pendekatan ini harus komperhensif, mencakup data subjektif, data objektif, dan
hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi klien yang sebenarnya
serta valid. Kaji ulang data yang sudah dikumpulkan apakah sudah tepat,
lengkap, dan akurat.
2. Interpretasi
Data Dasar (Langkah II)
Langkah
kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar
tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan
masalah yang spesik. Baik rumusan diagnosis maupun masalah, keduanya
harus ditangani. Meskipun masalah tidak dapat diartikan sebagai diagnosis,
tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan denga
hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan
hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosis. Diagnosis kebidanan
merupakan diagnosis yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan
memenuhi standar nomenklatur diagnosis kebidanan.
3. Identifikasi
Diagnosis/Masalah Potensial (Langkah III)
Mengidentifikasi
masalah potensial yang mungkin terjadi berdasarkan masalah atau diagnose yang
sudah teridentifikasi. Misalnya untuk diagnose potensial yaitu hipotermi
potensial menyebabkan gangguan pernapasan, hipoksia potensial menyebabkan
asidosis, atau hipoglikemi menyebabkan hipotermi.
4. Menetapkan
tindakan segera (Langkah IV)
Bidan mengidentifikasi
perlunya bidan atau dokter melakukan konsultasi atau penanganan segera bersama
anggota tim kesehatanlain sesuai dengan kondisi bayi. Misalnya bila bayi tidak
bernapas dalam waktu 30 detik, segera cari bantuan dan mulailah langkah-langkah
resusitasi pada bayi tersebut.
5. Menyususn
Rencana Asuhan Menyeluruh (Langkah V)
Merencanakan
asuhan yang menyeluruh yang rasional dan sesuai dengan temuan dari langkah sebelumnya.
6. Implementasi
asuhan bayi baru lahir (Langkah VI)
Melaksanakan
rencana asuhan pada bayi baru lahir secara efisien dan aman, misalnya
memberikan konseling tentang menjaga bayi, pemberian ASI, perawatan tali pusat
dan mengawasi tanda-tanda bahaya, dan lain-lain.
7. Evaluasi
(Langkah VII)
Evalusi
dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek asuhan yang tidak
efektif untuk mengetahui factor mana yang menguntungkan atau menghambat
keberhasilan asuhan yang diberikan. Pada langkah terakhir, dilakukan evaluasi
keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini meliputi evaluasi pemenuhan
kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sebagaimana
diidentifikasi di dalam diagnosis dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap
efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.
Ada
kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif, sedang sebagian lagi belum
efektif. Mengingat bahwa proses manajemen asuhan merupakan suatu kegiatan yang
berkesinambungan, maka bidan perlu mengulang kembali setiap asuhan yang tidak
efektif melalui proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa rencana asuhan
tidak berjalan efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan
tersebut. Demikianlah langkah-langkah alur berpikir dalam penatalaksanaan klien
kebidanan. Alur ini merupakan suatu proses yang berkesinambungan dan tidak
terpisah satu sama lain, namun berfungsi memudahkan proses pembelajaran. Proses
tersebut diuraikan dan terpilah seolah-olah terpisah antara satu tahap /
langkah dengan langkah berikutnya.
5. Pendokumentasian
Asuhan Kebidanan Menggunakan Metode SOAP
a. Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan.
b. Pencatatan
dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir yang tersedia (Rekam
Medis/KMS/Status Pasien/Buku KIA, format pengkajian pada ibu hamil, bersalin,
nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana).
c. Pendokumentasian
menggunakan metode SOAP.
Menurut (Wildan,
2011) Bentuk SOAP umumnya digunakan untuk pengkajian awal pasien, dengan cara
penulisannya: S (subyektif ) merupakan segala bentuk pernyataan atau keluhan
dari pasien. O (objektif) merupakan data yang diobservasi dari hasil pemeriksaan
oleh bidan/tenaga kesehatan lain. A (analisis) merupakan kesimpulan dari
objektif dan subyektif. P (perencanaan) merupakan rencana tindakan yang akan
dilakukan berdasarkan analisis (Saifudin, 2002).
BAB
III
LANGKAH-LANGKAH
PENGAMBILAN KASUS
A. Metode
Pengambilan Kasus
Metode pengambilan
kasus adalah metode yang dilakukan dengan mengumpukan data secara langsung
dirumah bidan dan bertahap, oleh penulis data yang dikumpulkan digabungkan
dalam dokumentasi varney atau Soap.
B. Lokasi
Dan Waktu
1. Lokasi
a. Kasus
ini diambil di BPM Bidan Nina Herliani yang beralamat di Jalan Jambu I
kecamatan Tapung, kota Bangkinang.
b. Kunjungan
rumah yang dilakukan beralamat jalan Belimbing No. 132 kecamatan Tapung, kota
Bangkinang.
2. Waktu
Waktu pengambilan kasus
pada bulan November sampai Januari.
C. Teknik
Mengambil Kasus
Pengambilan kasus ini
dimulai :
- Melakukan studi pendahulan
- Mengurus proses administrasi dengan pihak BPM Bidan Nina Herliani dan Stikes Tengku Maharatu
- Melakukan ikatan kerja sama dengan pasien
- Melakukan asuhan pada bayi baru lahir normal.
D. Instrumen
Dalam melakukan asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir, peneliti menggunakan timbangan untuk mengukur
berat badan bayi baru lahir. Dan setiap bayi baru lahir diukur suhu tubuhnya
menggunakan termometer raksa, sebelum dan sesudah dimandikan, kemudian di
dokumentasikan dengan metode SOAP.
0 Response to "LAPORAN TUGAS AKHIR BAYI NORMAL"
Post a Comment