-->

LAPORAN TUGAS AKHIR BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu 46 jiwa per 1000 kelahiran hidup. Adapun Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia 2007 yaitu 248 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi(AKB) yaitu 27 per 1000 kelahiran hidup.(Standar WHO).

Menurut WHO, setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa BBL (usia dibawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat satu bayi meninggal. Penyebab kematian BBL di indonesia adalah BBLR 29%, Asfiksia 27%, trauma lahir, Tetanus Neonatorum, infeksi lain dan kelainan kongenital (JNPK-KR, 2008; h.145)











Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, mengestimasikan AKB di Indonesia dalam periode 5 tahun terakhir, yaitu tahun 2003-2007 sebesar 34 per 1.000  kelahiran hidup. Banyak faktor yang mempengaruhi angka kematian tersebut, yaitu salah satunya asfiksia sebesar 37% yang merupakan penyebab kedua kematian bayi baru lahir  (Depkes.RI, 2008). Sementara target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 adalah 32 / 1. 000 KH.
         
      Kematian perinatal terbanyak disebabkan oleh asfiksia. Hal ini ditemukan baik dilapangan maupun dirumah sakit rujukan di indonesia. Di Amerika diperkirakan 12.000 bayi meninggal atau menderita kelainan akibat asfiksia perinatal. Retardasi mental dan kelumpuhan syaraf sebanyak 20-40% merupakan akibat dari kejadian intrapartum (Wiknjosastro, 2010; h.10)

Departemen Kesehatan menargetkan angka kematian ibu pada 2010 sekitar 226 orang dan pencapaian target Millennium Development Goals (MDGs) yang ke 5 pada tahun 2015 menjadi 102 orang per tahun. Serta Depkes telah mematok target penurunan AKB di Indonesia dari rata-rata 36 meninggal per 1.000 kelahiran hidup menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup pada 2015. (www.tugaskuliah.info/2010)
        
        Pada dasarnya penyebab asfiksia dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut yaitu perdarahan, infeksi, kelahiran preterm/bayi berat lahir rendah, asfiksia, hipotermi, perlukaan kelahiran dan lain-lain. Bahwa 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan, kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian. Dua hal yang banyak menentukan penurunan kematian perinatal ialah tingkat kesehatan serta gizi wanita dan mutu pelayanan kebidanan yang tinggi di seluruh negeri. (Sarwono, 2011;h.59)

C.     Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Penulis mampu melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia di BPS Desi Andriani. Amd.Keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung pada tahun 2013?
 2.     Tujuan Khusus
a)   Diketahuinya Pengkajian terhadap Bayi Baru Lahir dengan asfiksia di BPS Desi Andriani Amd.keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung. .
b)  Diketahuinya Identifikasi Masalah pada Bayi Baru Lahir dengan melakukan diagnosa di BPS Desi Andriani Amd.keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung .
c)  Diketahuinya Antisipasi Masalah Potensial yang terjadi pada Bayi Baru Lahir dengan asfiksia di BPS Desi Andriani Amd.keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung.
d)   Diketahuinya Kebutuhan Tindakan Segera yang diperlukan pada Bayi Baru Lahir dengan asfiksia di BPS Desi Andriani Amd.keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung.
e)  Diketahuinya Rencana Asuhan Komprehensif pada Bayi Baru Lahir dengan asfiksia di BPS Desi Andriani Amd.keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung. .
f)   Diketahuinya Pelaksanakan Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan asfiksia di BPS Desi Andriani Amd.keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung. .
g)   Diketahuinya Evaluasi terhadap Asuhan Kebidanan yang telah dilaksanakan kepada Bayi Baru Lahir dengan asfiksia di BPS Desi Andriani Amd.keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung.

E.     Manfaat Penelitian
1.      Bagi institusi pendidikan
Setelah disusunnya karya tulis ilmiah ini  dapat di gunakan  sebagai keefektifan proses belajar dapat ditingkatkan. Serta lebih meningkatkan kemampuan, keterampilan dan pengetahuan mahasiswa dalam hal penanganan kasus asfiksia. Serta kedepan dapat menerapkan dan mengaplikasikan hasil dari studi yang telah didapat pada lahan kerja. Selain itu diharapkan juga dapat menjadi sumber ilmu dan bacaan yang dapat memberi informasi terbaru serta  menjadi sumber refrensi yang dapat digunakan sebagai pelengkap dalam pembuatan karya tulis ilmiah pada semester akhir berikutnya.

2.      Bagi Penulis
Dapat digunakan untuk menambah pengetahuan tentang penatalaksanaan asfiksia dan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan antara teori yang di dapat di bangku kuliah dan dilahan praktek.

3.       Bagi Lahan Praktik
Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan agar lebih meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan kebidanan, khususnya pada kasus Asfiksia dan di BPS dapat lebih meningkatakan kualitas pelayanan secara komprehensif khususnya dalam menangani bayi baru lahir dengan asfiksia, sehingga AKB dapat diturunkan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
                                                                                                              
A.    TINJAUAN TEORI MEDIS
        Teori Bayi Baru Lahir Normal
a.      Pengertian bayi baru lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap  37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan antara 2500 gram sampai 4000 gram nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah, 2010; hal. 2)

b.     Ciri- ciri bayi baru lahir normal
1.      Lahir aterm antara 37-42 minggu
2.      Berat bdan 2500- 4000 gram
3.      Panjang badan 48- 52 cm
4.      Ligkar dada 30- 38 cm
5.      Lingkar kepala 33-35 cm
6.      Lingkar lengan  11- 12 cm
7.      Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit
8.      Pernafasan 40-60 x /menit
9.      Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup
10.  Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna
11.  Kuku agak panjang dan lemas
12.  Nilai APGAR>7
13.  Gerak aktif
14.  Bayi lahir langsung menangis kuat
15.  Reflek rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik.
16.  Reflek sucking(isap dan menelan ) sudah terbentuk dengan baik
17.  Reflek moro ( gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik
18.  Reflek grasping ( menggenggam) sudah baik
19.  Genitalia
a). Pada laki- laki  kematangan ditandai dengan testis yang berada pada sokrotum dan penis yang berlubang
b).    Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang , serta adanya labia minora dan mayora
b.      Asfiksia Neonatorum

1.   Definisi
Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya. ( Dewi.2010; h.102)
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 2010; h.421)
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia setelah persalinan. Masalah ini mungkin saling berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan.(JNPK KR 2008; h. 146).
1.   Etiologi dan Faktor Predisposisi
 Penyebab terjadinya Asfiksia menurut (DepKes RI,  2009)

1.   Faktor Ibu
a.  Preeklamsia dan eklamsia.
b.  Perdarahan abnormal (plasenta prervia atau plasenta).
c.  Partus lama atau partus macet.
d. Demam selama persalinan.
e. Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV).
f. Kehamilan post matur.
g. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

2.   Faktor Bayi
a. Bayi Prematur (Sebelum 37 minggu kehamilan).
b. Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ektraksi vakum,   forsef).
c. Kelainan kongenital.
d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan).
3.  Faktor Tali Pusat
a. Lilitan tali pusat.
b. Tali pusat pendek.
c. Simpul tali pusat.
d. Prolapsus tali pusat.

 c.    Faktor-faktor yang dapat menimbulkan gawat janin (asfiksia)
Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen kejanin berkurang, akibatnya terjadi gawat janin.
1)   Gangguan Sirkulasi Menuju Janin
a)   Gangguan aliran pada tali pusat (lilitan tali pusat, simpul tali pusat, tekanan pada tali pusat, ketuban telah pecah, kehamilan lewat waktu)
b)   Pengaruh obat, karena narkosa saat persalinan.
2)   Faktor Ibu
a)   Gangguan his (tetania uteri/hipertonik)
b)   Penurunan tekanan darah dapat mendadak (perdarahan pada plasenta previa dan solusio plasenta)
c)        Vasokontriksi arterial (hipertensi pada hamil dan gestosis preeklampsia-eklampsia)
d)   Gangguan pertukaran nutrisi/O2 (solusio plasenta) (Manuaba, 2010; h.421)

d.  Diagnosis
Untuk dapat mendiagnosa gawat janin dapat ditetapkan dengan
melakukan pemeriksaan sebagai berikut:
1)   Denyut jantung janin
a.    DJJ meningkat 160 kali permenit tingkat permulaan
b.    Mungkin jumlah sama dengan normal, tetapi tidak teratur
c.   Frekuensi denyut menurun <100 kali permenit, apalagi disertai irama yang tidak teratur.
d.  Pengeluaran mekonium pada letak kepala menunjukkan gawat janin, karena terjadi rangsangan nervus X, sehingga peristaltik usus meningkat dan sfingter ani terbuka.
2)   Mekonium dalam air ketuban
Pengeluaran mekonium pada letak kepala menunjukkan gawat janin, karena terjadi rangsangan nervus X, sehingga peristaltik usus meningkat dan sfingter ani terbuka (Manuaba, 2010; h.422)
3)   Pernapasan
Awalnya hanya sedikit nafas. Sedikit napas ini dimaksudkan untuk mengembangkan paru, tetapi bila paru mengembang saat kepala masih dijalan lahir, atau bila paru tidak mengembang karena suatu hal, aktivitas singkat ini akan diikuti oleh henti napas komplet. Kejadian ini disebut apnue primer ( drew.2009;h.9)
4)   Usia Ibu
            Umur ibu pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu sehingga kualitas sumber daya manusia makin meningkat dan kesiapan untuk menyehatkan generasi penerus dapat terjamin. Kehamilan di usia muda/remaja (dibawah usia 20 tahun) akan mengakibatkan rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini dikarenakan pada usia tersebut ibu mungkin belum siap untuk mempunyai anak dan alat-alat reproduksi ibu belum siap untuk hamil. Begitu juga kehamilan di usia tua (diatas 35 tahun) akan menimbulkan kecemasan terhadap kehamilan dan persalinannya serta alat-alat reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil.
5)   Paritas
            Paritas adalah jumlah persalinan yang telah dilakukan ibu. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman di tinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas lebih dari 4 mempunyai angka kematian maternal yang disebabkan perdarahan pasca persalinan lebih tinggi. Paritas yang rendah (paritas satu), ketidak siapan ibu dalam menghadapi persalinan yang pertama merupakan faktor penyebab ketidak mampuan ibu hamil dalam menangani komplikasi yang terjadi dalam kehamilan, persalinan dan nifas (Winkjosastro, 2007).

Paritas 1 beresiko karena ibu belum siap secara medis (organ reproduksi) maupun secara mental. Hasil penelitian menunjukan bahwa primiparity merupakan faktor resiko yang mempunyai hubungan yang kuat terhadap mortalitas asfiksia, sedangkan paritas di atas 4, secara fisik ibu mengalami kemunduran untuk menjalani kehamilan. Keadaan tersebut memberikan predisposisi untuk terjadi perdarahan, plasenta previa, rupture uteri, solutio plasenta yang dapat berakhir dengan terjadinya asfiksia bayi baru lahir (Purnamaningrum, 2010).

http://yulianasept.blogspot.com/2012/10/proposal-asfiksia.html,, tanggal 7 juni 2013 pukul 10.14
6)      Lama persalinan
Menurut tinjauan teori beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen kejanin berkurang yang dapat menyebabkan terjadi asfiksia pada bayi baru lahir yaitu partus lama atau partus macet dan persalinan sulit, seperti letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vacuum dan vorcep (JNPK-KR, 2008, h. 144)
Pada multigravida tahapannya sama namun waktunya lebih cepat untuk setiap fasenya. Kala 1 selesai apabila pembukaan servik telah lengkap, pada multigravida berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam. (sulistyawati, esti,2010; h.65)

e.       Tanda dan gejala
1.      Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)
Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis,sehingga memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan gejala yang yang muncul pada asfiksiam berat adalah sebagai berikut:
1)      Frekuensi jantung kecil, yaitu <40 per menit.
2)      Tidak ada usaha napas
3)      Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada
4)      Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu
2.      Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6)
Pada asfiksia sedang, tanda gejala yang muncul adalah sebagai berikut:
1)      Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali permenit
2)      Usaha nafas lambat
3)      Tonus otot biasanya dalam keadaan baik
4)      Bayi masih bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan
5)      Bayi tampak siannosis
3.      Asfiksia ringan (nilai APGAR 7-10)
Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul adalah sebagai berikut:
1)      Bayi tampak sianosis
2)      Adanya retraksi sela iga
3)      Bayi merintih
4)      Adanya pernafasan cuping hidung
5)      Bayi kurang aktifitas
(Dewi.2010; h.102)

BAB III
TINJAUAN KASUS
                   

1.      PENGKAJIAN
Tangga            : 22 Mei 2013
Jam      : 12.40 Wib
Tempat: BPS Desi Andriani Amd.Keb Teluk Betung Utara Bandar   Lampung
Nama   : Destiana Anjarsari
Nim     : 2010.637

A.    DATA SUBJEKTIF
a)      Biodata bayi
Nama                           : By. Ny. M
Jenis kelamin               : laki-laki
Tanggal lahir/pukul     : 22 Mei 2013/12.40 Wib

b)        Biodata orang tua
Istri                                                                  Suami
Nama               : Ny. M                                    Tn. U
Umur               : 36 Tahun                               40 tahun
Agama             : Islam                                     Islam
43
Suku                : Jawa                                      Lampung
Pendidikan      :SD                                          SMP

Pekerjan                      : IRT                                        Swasta

Alamat            : Jl.KH.Ahmad Dahlan           Jl.KH.Ahmad Dahlan
              gg.sanjan Bumi Waras          gg.sanjan Bumi Waras
              Teluk Betung Utara              Teluk Betung Utara
               Bandar Lampung                 Bandar Lampung

1)    Riwayat antenatal
G4P2A1 Umur kehamilan  37 minggu 6 hari
Riwayat ANC             : 4 kali
Imunisasi TT   : Selama hamil ibu mendapatkan imunisasi              
                                                                                      TT 2 kali
Keluhan saat hamil      : Tidak ada
2)    Penyakit selama hamil    
Diabetes melitus          : Tidak ada
Hepatitis                      : Tidak ada
Tuberculosis                : Tidak ada
HIV/AIDS                  : Tidak ada
3)    Kebiasaan
Minum obat / jamu      : Tidak pernah
Merokok                      : Tidak pernah
4)    Komplikasi                                  
Hyperemesis                : Tidak pernah
Perdarahan                  : Tidak pernah
Preeklamsia                 : Tidak pernah
Eklamsia                      : Tidak pernah
Infeksi                         : Tidak pernah

B.  DATA OBJEKTIF
Tonus otot                  : Lemah
Warna kulit                  : Kebiruan
Usaha bernafas            : Megap –Megap

C.       DATA PENUNJANG
a)      Komplikasi janin                                   
IUGR                          : Tidak Ada
Polihidramnion            : Tidak Ada
Oligohidramnion         : Tidak Ada
Gameli                          : Tidak Ada
b)      Riwayat intranatal
Lahir tanggal                : 22 Mei 2013
Lahir pukul                   :12.40 Wib dengan penilain bayi merintih,warna kulit kebiruan dan tonus otot lemah
Jenis persalinan            : Spontan
Penolong                      : Bidan
Lama persalinan          : 13 jam 20 menit
Kala I                          : 12 jam 35 menit
Kala II                         : 45 menit
Kala III                       : 10 menit
Kala IV           : 2 Jam
c)      Komplikasi ibu
Hipertensi                    : Tidak ada
Partus lama                  : Ya
Penggunaan obat         : Tidak ada
Infeksi                         : Tidak ada
KPD                            : Tidak ada
Perdarahan                              : Tiadak ada
d)     Komplikasi janin                                    
Premature                                : Tidak ada
Malposisi                                 : Tidak ada
Gawat janin                             : Ya
Ketuban campur  meconium   : Ya
Lilitan tali pusat                      : Tidak ada     

Keadaan bayi baru lahir          : Tonus otot lemah, warna kulit kebiruan, bernafas megap – megap

Bayi Ny. M sesuai masa kehamilan post asfiksia normal

A.    DATA OBJEKTIF
1.      Pemeriksaan umum
a.       Pernafasan         : 48 x/menit
b.      Suhu                   : 36,80c
c.       Kulit
Warna                          :Kemerahan
Turgor                         : Elastis
d.      Denyut jantung  : 128 x/menit
e.       Tonus otot         : Positif (+)
f.       Gerakan                         : Aktif
g.      Tali pusat            : Tidak ada perdarahan tali pusat
h.      Ekstremitas        : Normal, tidak ada kelainan
2.      Pemeriksaan fisik
a.       Kepala
Ubun-ubun besar         : Datar
Ubun-ubun kecil         : Datar
Rambut                       : Terdapat sisa-sisa darah dan lendir
Caput succedaneum    : Ada
Cephal hematoma       : Tidak ada
b.      Muka                  : Simetris antara kanan dan kiri, tidak ada oedema
c.       Mata
Simetris                       : Simetris antara kanan dan kiri
Kelopak mata              : Tidak oedema
Konjungtiva                : Merah muda
Sklera                          : Putih
d.      Hidung               : Simetris antara kanan dan kiri
Lubang                        : Ada kanan & kiri, bersih tidak ada sekret
e.       Mulut
Bentuk                                    : Simetris kanan dan kiri
Labioskisis                  : Tidak ada
Palatoskizis                 : Tidak ada
f.       Telinga
Simetreis                     : Simetris antara kanan dan kiri
Lubang                        : Ada lubang telinga kanan dan kiri, bersih
            tidak ada serumen
g.      Dada
Bentuk                                    : Simetris antara kanan dan kiri
Puting susu                  : Menonjol, simetris antara kanan dan kiri
Auskultasi                   : Tidak ada wezing maupun ronchi
h.      Abdomen
Tali pusat                     : Tidak ada perdarahan tali pusat
Bising usus                  : Ada
Benjolan                      : Tida ada
i.      Punggung
Fleksibiltas tulang punggung  : Ada
Tonjolan tulang punggung      : Tidak ada
j.        Anus                              : Ada lubang
k.      Genetalia
Laki-laki
Lubang penis                           : Ada, di sentralis
Skrotum                                  : Ada,sebalah kanan dan kiri
l.        Tungkai dan kaki
Gerakan                                   : Aktif
Jumlah jari                               : Lengkap, jari kanan dan kiri 5

3.      Antopometri
a.       BB                     : 3700 gram
b.      PB                      : 50cm
c.       LK                     : 35cm
d.      LD                     : 36 cm
e.       Lila                    : 11 cm

BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan Pada Bayi segera setelah lahir  pada
 By. H Ditemukan hasil sebagai berikut:

A. PENGKAJIAN DATA
1.  Pada pengkajian dilakukan untuk pengumpulan data dasar tentang keadaan pasien. Pada studi kasus ini penulis melakukan pengkajian terhadap bayi baru lahir yaitu By.Ny.H Umur 0 Hari Dengan Asfiksia, dengan hasil sebagai berikut:
1.  Umur ibu
a.   Menurut Tinjauan Teori
Umur muda (< 20 tahun) beresiko karena ibu belum siap secara medis (organ reproduksi) maupun secara mental. Hasil penelitian menunjukan bahwa primiparitas merupakan faktor resiko yang mempunyai hubungan yang kuat terhadap mortalitas asfiksia, sedangkan umur tua (> 35 tahun), secara fisik ibu mengalami kemunduran untuk menjalani kehamilan. Keadaan tersebut memberikan predisposisi untuk terjadi perdarahan, plasenta previa, rupture uteri, solutio plasenta yang dapat berakhir dengan terjadinya asfiksia bayi baru lahir

b.   Menurut Tinjauan Kasus
Pada kasus asfiksia terhadap By. Ny.M, umur Ny.M adalah 36 tahun

c.    Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan toeri dan tinjauan kasus, karena pada tinjauan teori factor resiko terjadinya asfiksia adalah ibu dengan usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, sedangkan umur Ny.M adalah 36 tahun

2.      Masa Gestasi
a.    Menurut Tinjauan teori
Menurut tinjauan teori beberapa keadaan yang dapat menyebabkan asfiksia yaitu kehamilan postmatur atau lahir sesudah 42 minggu kehamilan dan bayi premature atau lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu (JNPK-KR, 2008, hal: 144)
b.    Menurut Tinjauan Kasus
Pada hasil tinjauan kasus usia kehamilan Ny.M pada saat melahirkan adalah 37 minggu 6 hari.
c.    Pembahasan
Terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus, dimana usia kehamilan ibu masih dalam batas normal dan bukan merupakan penyebab bayi mengalami asfiksia yaitu 37 minggu 6 hari, kemungkinan asfiksia pada bayi disebabkan oleh factor factor lain.

3.    Riwayat Kesehatan
a.    Menurut Tinjauan Teori
Menurut tinjauan teori beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen kejanin berkurang, sehingga dapat menyebabkan asfiksia, yaitu Infeksi berat seperti malaria, sifilis, TBC dan HIV (JNPK-KR, 2008, hal: 144).
b.    Menurut Tinjauan Kasus
Riwayat kesehatan sekarang, NY.M tidak sedang menderita penyakit menular atau penyakit keturunan
c.     Pembahasan
Antara tinjauan teori dan tinjauan kasus terjadi kesenjangan, karena pada tinjauan kasus Ny.M tidak menderita infeksi yang menjadi salah satu factor pemicu terjadinya asfiksia pada bayi, kemungkinan asfiksia yang terjadi pada bayi diakibatkan oleh ketuban bercampur mekonium dan sedikit serta partus lama.

4.    Pengaruh obat
a.    Menurut Tijauan teori
Beberapa faktor yang dapat menimbulkan gawat janin (asfiksia)
Pengaruh obat, karena narkoba saat persalinan.
b.    Menurut tinjauan kasus
Ibu tidak pernah mengkonsumsi obat – obatan atupun jamu selama kehamilan.
c.    Pembahasan
Antara tinjauan teori dan tinjauan kasus terjadi kesenjangan karena pada Ny. M tidak mengkonsumsi obat –obatan  yang memicu terjadinya asfiksia.

5.      Keadaan ibu
a.    Menurut tinjauan teori
Menurut tinjauan teori penyebab asfiksia adalah salah satunya keadaan ibu yang mengalami preeklamsia dan eklamsia yang memicu terjadinya asfiksia.
b.    Menurut tinjauan kasus
Menurut tinjauan kasus pada Ny. M tidak mengalami preeklamsia dan eklamsia.
c.    Pembahasan
Antara tinjauan teori dan tinjauan kasus terjadi kesenjangan karena pada Ny.M tidak mengalami preeklamsia dan eklamsia yang dapat menyebabakan asfiksia.

6.      Lama persalinan.
a.    Menurut Tinjauan Teori
Menurut tinjauan teori beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen kejanin berkurang yang dapat menyebabkan terjadi asfiksia pada bayi baru lahir yaitu partus lama atau partus macet dan persalinan sulit, seperti letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vacuum dan vorcep (JNPK-KR, 2008, hal : 144)
b.    Menurut Tinjauan Kasus
Lama persalinan : 13 jam 20 menit pada kala I dan kala II.
c.    Pembahasan
Terjadi kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus, karena menurut asuhan persalinan normal partus lama merupakan salah satu factor penyebab terjadinya asfiksia pada bayi dan pada kasus Ny.M terjadi partus lama dimana lama persalinannya yaitu 13 jam 20 menit pada kala I dan kala II, sehingga terjadi pengurangan pasokan oksigen kejanin. Karenanya timbulah asfiksia saat bayi lahir.

7.      Paritas
a.    Menurut Tinjauan Teori
Hasil penelitian menunjukan bahwa primiparitas merupakan faktor resiko yang mempunyai hubungan yang kuat terhadap mortalitas asfiksia, sedangkan paritas di atas 4, secara fisik ibu mengalami kemunduran untuk menjalani kehamilan. Keadaan tersebut memberikan predisposisi untuk terjadi perdarahan, plasenta previa, rupture uteri, solutio plasenta yang dapat berakhir dengan terjadinya asfiksia bayi baru lahir
b.    Menurut Tinjauan Kasus
Ny.M mengatakan ini kehamilan keempat, pernah melahirkan dua kali dan pernah keguguran satu kali.
c.    Pembahasan
Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus terjadi kesenjangan, dimana pada tinjauan kasus jumlah paritas ibu bukan merupakan salah satu factor penyebab bahaya kematian janin yaitu tidak lebih dari 4, kemungkinan asfiksia yang terjadi pada janin disebabkan oleh ketuban bercampur mekonium dan sedikit serta  partus lama.

8.    Lilitan Tali Pusat
a.    Menurut Tinjauan Teori
Menurut tinjauan teori faktor yang dapat menimbulkan asfiksia yaitu gangguan aliran pada tali pusat seperti lilitan tali pusat, simpul tali pusat dan tekanan pada tali pusat (Manuaba, 2010, hal: 421)
b.    Menurut Tinjauan Kasus
By.Ny M tidak terdapat lilitan tali pusat.

c.    Pembahasan
Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus terjadi kesenjangan, dimana By.Ny.M tidak mengalami lilitan tali pusat, kemungkinan bayi asfiksia diakibatkan karena ketuban bercampur mekonium dan sedikit serta partus lama
9.      Ketuban
a.       Menurut TinjauanTeori
Menurut tinjauan teori salah satu faktor penyebab asfiksia adalah air ketuban bercampur mekonium(warna kehijauan) (JNPK KR, 2008).
b.      Menurut Tinjauan Kasus
Pada Ny.M air ketuban bercampur mekonium dan sedikit
c.       pembahasan
Jadi pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terjadi kesenjangan karena air ketuban ibu bercampur mekonium dan sedikit yang merupakan factor penyebab bayi mengalami asfiksia.

B.      Identifikasi Masalah, Diagnosa danKebutuhan
1.    Diagnosa kebidanan
a)      Menurut Tinjauan Teori Pada langkah ini mengidentifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data- data yang telah dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian dinterpretasi sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Baik rumusan diagnosis maupun masalah keduanya harus ditangani. (soepardan; h. 99).
Data subjektif : informasi tentang identitas bayi baru lahir, seperti umur bayi, jam kelahiran bayi, jenis kelamin bayi dan anak keberapa.
Data objektif : keadaan yang lebih pasti dilihat dari pasien yang dikaji.
 b)        Menurut Tinjauan Kasus.
Pada kasus By.Ny.M didapatkan diagnose kebidanan “Bayi Baru Lahir Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan Segera Setelah Lahir Dengan Asfiksia”.
Data subjektif : bayi lahir pada tanggal 22 Mei 2013 pukul 12:40wib, usia kehamilan 37 minggu 6 hari,
Data objektif : warna kulit kebiruan, tonus otot lemah dan usaha bernafas megap-megap.
c)      Pembahasan
Jadi pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan, karena pada tinjauan kasus diagnose didapatkan dari data subjektif dan data objektif sesuai dengan teori yang disampaikan oleh (JNPK KR, 2008)., dimana untuk menegakkan diagnose didapatkan berdasarkan hasil pengkajian, baik data subjektif ataupun objektif.
2.      Masalah
a.    Menurut Tinjauan Teori
Pada teori, terdapat masalah pada bayi baru lahir dengan asfiksia adalah bayi baru lahir yang mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir
 ( Dewi.2010; h.102)
b.      Menurut Tinjauan Kasus
Pada kasus dikatakan masalah pada bayi yaitu bayi bernafas yaitu megap-megap.
c.    Pembahasan
Jadi pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan, karena pada kasus salah satu masalah yang ada pada bayi adalah bernafas megap-megap, sama seperti yang ada pada teori yang disampaikan oleh (Dewi.2010;h.102) yaitu terdapat masalah pada bayi baru lahir dengan asfiksia adalah pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak adekuat.
3.    Kebutuhan
a.    Menurut Tinjauan Teori
Menurut teori pada kasus asfiksia dilakukan tindakan resusitasi yang dimulai dengan langkah awal resusitasi yaitu JAIKAP (JNPK-KR, 2008)
b.    Menurut Tinjauan Kasus
Dalam kasus asfiksia pada bayi baru lahir terhadap By.Ny.M diperlukan tindakan resusitasi yaitu JAIKAP.
c.    Pembahasan
Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tersebut tidak ditemukan kesenjangan, karena kebutuhan yang diperlukan oleh bayi sesuai dengan teori pada yang ada pada asuhan persalinan normal, yaitu JAIKAP.

C.    Antisipasi Masalah Potensial
a)      Menurut Tinjauan Teori
Pada langkah ini mengidentifikasikan masalah potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan (Soepardan, 2009; hal. 99)
b)      Menurut Tinjauan Kasus
Pada By.Ny.M dengan asfiksia yang mungkin terjadi jika tidak tertangani adalah henti nafas.
c)        Pembahasan
Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tersebut tidak didapatkan kesenjangan, dimana pada kasusnya Awalnya hanya sedikit nafas. Sedikit napas ini dimaksudkan untuk mengembangkan paru, tetapi bila paru mengembang saat kepala masih dijalan lahir, atau bila paru tidak mengembang karena suatu hal, aktivitas singkat ini akan diikuti oleh henti napas komplet. Kejadian ini disebut apnue primer ( drew.2009;h.9)

D.    Tindakan Segera
a.    Menurut Tinjauan Teori
Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data- data yang telah dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasi sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Baik rumusan diagnosis maupun masalah, keduanya harus ditangani. Meskipun masalah tidak dapat diartikan sebagai diagnosis, tetapi tetap membutuhkan penanganan.
b.    Menurut Tinjauan Kasus
Pada kasus tersebut ditemukan indikasi untuk melakukan tindakan segera berupa tindakan resusitasi dengan alasan terdapat potensi terjadinya apnea jika asfiksia pada bayi tidak tertangani dengan baik
c.    Pembahasan
Jadi tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus, karena pada kasusnya tindakan segera berupa tindakan resusitasi dilakukan untuk mengantisipasi masalah potensial yang mungkin terjadi pada bayi berupa henti nafas.

E.     Rencana Asuhan
a.    Menurut tinjauan teori
Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyuluruh yang ditentukan berdasarkan langkah- langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelautan manajemen untuk masalah atau diagnosis yang telah diidentikasi atau antispasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak  lengkap dapat dilengkapi  rencana asuhan yang menyuluruh tidak hanya meliputi segala hal yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang terkait, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi untuk klien tersebut. Pedoman antisipasi ini mencakup perkiraan tentang hal yang akan terjadi berikutnya: apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah bidan perlu merujuk klien bila ada sejumlah masalah terkait sosial, ekonomi, kultural, atau psikososial.
1.    Langkah awal resusitasi
a)    Jaga bayi tetap hangat
b)    Atur posisi bayi
c)    Isap lendir
d)   Keringkan bayi dan rangsang bayi
e)    Atur posisi bayi kembali
f)     Lakukan penilaian bayi
2.      Lakukan tindakan pasca resusitasi
Setelah tindakan resusitasi, diperlukan asuhan pasca resusitasi yang merupakan perawatan instensif selama 2 jam pertam. Penting sekali pada tahap ini dilakukan BBL dan pemantauan sera intensif serta pencatatan.
a)    Pemantauan tanda-tanda bahaya pada bayi
b)    Pemantauan dan perawatan tali pusat
c)    Bila nafas bayi dan warna kulit normal, berikan bayi kepada ibunya
d)   Pencegahan hipotermi
Sesudah pemantauan 2 jam pasca resusitasi, bayi masih perlu asuhan pasca lahir lebih lanjut. Asuhan pasca lahir dapat dilakukan dengan cara kunjungan rumah(kunjungan BBL/     neonatus). Tujuan dari asuhan pasca lahir adalah untuk mengetahui kondisi lebih lanjut dalam 24 jam pertama kesehatan bayi setelah mengalami tindakan resusitasi.
e)    Pemberian vit-K
f)    Pencegahan infeksi
g)    Pemeriksaan fisik
h)    Pencatatan dan pelaporan
i)     Asuhan pasca lahir
j)     Pemberian ASI
k)    Menilai BAB bayi
l)     Menilai BAK
m)   Kebutuhan istirahat/tidur
n)    Menjaga kebersihan kulit bayi
o)    Mendeteksi tanda-tanda bahaya pada bayi (rukiyah dan yulianti.2010;h.66)
b.    Menurut tinauan kasus.
1)    Lakukan langkah awal resusitasi
 a)      Jaga kehangtan bayi
 b)      Atur posisi bayi
 c)      Isap lendir
 d)      Keringkan bayi dan rangsang bayi
 e)      Atur pposisi bayi kembali
f)       Lakukan penilaian bayi
2)      Lakukan tindakan pasca resusitasi
Setelah tindakan resusitasi, diperlukan asuhan pasca resusitasi yang merupakan perawatan instensif selama 2 jam pertam. Penting sekali pada tahap ini dilakukan BBL dan pemantauan sera intensif serta pencatatan.
a.       Pemantauan tanda-tanda bahaya pada bayi
b.      Pemantauan dan perawatan tali pusat
c.      Bila nafas bayi dan warna kulit normal, berikan bayi kepada ibunya
d.      Pencegahan hipotermi
Sesudah pemantauan 2 jam pasca resusitasi, bayi masih perlu asuhan pasca lahir lebih lanjut. Asuhan pasca lahir dapat dilakukan dengan cara kunjungan rumah(kunjungan BBL/     neonatus). Tujuan dari asuhan pasca lahir adalah untuk mengetahui kondisi lebih lanjut dalam 24 jam pertama kesehatan bayi setelah mengalami tindakan resusitasi.
e.       Pemberian vit-K
f.       Pencegahan infeksi
g.      Pemeriksaan fisik
h.      Pencatatan dan pelaporan
i.        Asuhan pasca lahir
j.        Pemberian ASI
k.      Menilai BAB bayi
l.        Menilai BAK
m.    Kebutuhan istirahat/tidur
n.      Menjaga kebersihan kulit bayi
o.      Mendeteksi tanda-tanda bahaya pada bayi (rukiyah dan yulianti.2010;h.66)
c.       Pembahasan
Jadi pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan, karena sesuai dengan teori asuhan persalinan normal, rencana yang diberikan dimulai dari langkah awal resusitasi dan asuhan pasca resusitasi.

F.   Pelaksanaan
1.    Tinjauan Teori
Pada langkah keenam, rencana asuhan menyuluruh dilakukan dengan efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya walau bidan tidak melakukan nya sendiri, namun ia tetap memikul tangung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya (misalnya dengan memastikan bahwa langkah tersebut benar-benar terlaksana).
2.      Menurut Tinjauan Kasus
a)    Menjaga bayi tetap hangat dengan segera meletakkan bayi diatas perut ibu, lalu menyelimuti dengan kain untuk mencegah terjadi hipotermi sampai menutupi kepala. Lalu melakukan pemotongan tali pusat dengan klem pertama yang berjarak 3 cm dari pusat dan klem kedua berjarak 2 cm dari klem pertama, kemudian memotong dengan gunting tali pusat dan segera mengikat dengan benang tali pusat. lalu segera meletakkan bayi ke meja resusitasi.
b)   Membaringkan bayi terlentang dengan kepala dekat dengan penolong, lalu mengganjal bahu dengan kain yang dilipat setebal 2-3 cm, lalu memposisikan kepala bayi sedikit ekstensi, agar jalan nafas terbuka.
c)    Dengan menggunakan pengisap lendir Slem seher, melakukan pengisapan lendir yang dimulai dari bagian mulut sedalam 5 cm dan dilanjutkan dengan bagian hidung sedalam 3 cm, lalu menghisap lendir sambil menarik slem seher kearah luar.
d)   Mengeringkan bayi mulai dari bagian muka, kepala lalu bagian tubuh yang lainnya dengan sedikit tekanan, sambil melakukan rangsangan taktil dengan menggosok bagian punggung bayi  dan menyentil telapak kaki bayi.
e)    Mengganti kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering yang telah disiapkan kemudian menyelimuti bayi dengan kain tersebut dengan menutupi bagian kepala dan membuka bagian dada agar pemantauan pernafasan bayi dapat dilanjutkan. Lalu mengatur kembali posisi bayi dengan sedikit ekstensi, agar jalan nafas bayi tetap terbuka.
f)    Menilai bayi dengan melihat apakah telah bernafas normal, megap-megap atau tidak bernafas.
g)   Menilai adanya tanda-tanda bahaya pada bayi, seperti warna kulit kebiruan, bayi lemah, adanya retraksi dinding dada, nafas <40 kali permenit atau >60 kali permenit, nadi <120 kali permenit atau >160 kali permenit, bayi kuning.
h)   Melihat apakah terjadi perdarahan pada tali pusat atau tidak dan merawatan tali pusat dengan  yang baik, yaitu dengan selalu menjaga agar tali pusat tetap bersih, kering dan tidak lembab serta tidak membubuhi apapun pada tali pusat.
i)     Melakukan pencegahan hipotermi, dengan meletakkan bayi pada suhu >250C, tidak memandikkan bayi <6-24 jam setelah lahir, memakaikan bedong dengan menutupi seluruh tubuh bayi sampai bagian kepala
j)     Menyuntikan Vit-K1 dengan dosis 1 mg, di 1/3 paha kiri bagian luar bayi secara IM, untuk mencegah terjadinya perdarahan intrakranial.
k)   Memberikan salep mata gentamycin   pada kedua mata bayi, dari arah dalam keluar untuk mencegah terjadinya infeksi pada mata bayi.
l)     Melakukan pemeriksaan antropometri, dengan mengukur BB, TB, LL, LK, LD dan pemeriksaan fisik secara head to toe.
m) Melakukan pemantauan kondisi bayi setelah 2 jam pasca tindakan resusitasi, untuk melihat apakah kondisi bayi telah membaik atau tidak.
n)   Melakukan pemantauan kondisi bayi 24 jam/ 1 hari pasca tindakan resusitasi, untuk melihat kondisi bayi dan untuk melihat kebiasaan bayi.
3.  Pembahasan
Jadi terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus, dimana pada asuhan persalinan normal dikatakan pelaksanaan resusitasi setelah JAIKAP namun pada penatalaksanaan kasus tidak dilakukan VTP karena penatalaksanaan yang dilakukan telah berhasil hanya dengan langkah awal resusitasi yaitu JAIKAP, sehingga dilanjutkan dengan asuhan pasca resusitasi pada bayi.

G.  Evaluasi
1.    Menurut Tinjauan Teori
Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang diberikan.
Pada langkah terakhir, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini meliputi evaluasi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apkah benar- benar telah terpenuhi sebagaimana diidentifkasi didalam diagnosis dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya.
2.    Menurut Tinjauan Kasus
a.    Bayi telah diselimuti dengan kain dan tali pusat telah dipotong
b.   Kepala bayi telah diatur dalam posisi sedikit ekstensi dan jalan nafas telah terbuka
c.  Pengisapan lendir telah dilakukan dengan slem seher dimulai dari mulut dan dilanjutkan pada hidung.
d.   Bayi telah dikeringkan dari sisa-sisa darah dan   lendir  serta bayi telah dirangsang taktil.
e.    Kepala bayi telah diatur kembali dalam posisi sedikit ekstensi.
f.  Bayi telah bernafas normal, Bayi dalam kondisi baik, warna kulit kemerahan, tonus otot baik, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada perdarahan talipusat
g.    Pencegahan hipotermi telah dilakukan.
h.    Penyuntukan Vit- K1 telah dilakukan.
i.      Pencegahan infeksi telah dilakukan.
j.      Hasil pemeriksaan:
BB: 3700 gram
TB: 50 cm
LD: 36 cm
LK: 35 cm
LL: 11 cm
Kepala berbentuk simetris, UUB datar, UUK datar, rambut  terdapat sisa-sisa darah dan lendir, tidak ada caput succedenum dan cephal hematoma.Wajah simetris, dan tidak ada oedema.Kelopak mata tidak oedema, konjungtiva merah muda, sklera putih

Hidung bentuk simetris, terdapat lubang hidung, tidak terdapat pernafasan cuping hidung ataupun pengeluaran.Bentuk bibir simetris, tidak ada labioskizis dan palatosizis.Telinga simetris dan terdapat lubang telinga. Dada simetris, terdapat pengembangan rongga dada, bunyi jantung lup-dup dan bunyi paru-paru normal,  tidak ada mengi. Perut simetris, terdapat bising usus, tidak ada perdarahan tali pusat, tidak terdapat benjolan. Terdapat fleksibilitas tulang punggung serta tidak ada tonjolan tulang punggung. Terdapat lubang anus.Genetalia terdapat penis, ada lubang uretra, skrotum lengkap. Pergerakan kaki dan tangan lemah, jari-jari tangan dan kaki lengkap.
k.    Pemantauan kondisi bayi telah dilakukan:
Keadaan umum bayi baik
RR: 48 kali permenit
N  : 128 kali permenit
T   : 36,80 C
Terdapat reflek menghisap
3.    Pembahasan
Pada evaluasi kasus asfiksia pada By.Ny.M tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus, karena pada teori yang disampaikan oleh nurhayati langkah evaluasi dilakukan untuk mengevaluasi keefektifan dari asuhan dan pada kasusnya evaluasi dilakukan dengan hasil yang baik.

BAB V
PENUTUP
A.  KESIMPULAN
Setelah melakukan “Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir yaitu By.Ny.M Umur 0 Hari dengan Asfiksia di BPS Desi Andriani.Amd, Keb Teluk Betung Utara Bandar Lampung Tahun 2013”. Maka penulis dapat menyimpulkan kasus tersebut sebagai berikut:
1.   Didapatkan hasil dari pengkajian terhadap By.Ny.M yaitu bayi baru lahir secara pervaginam, lahir pada tanggal 22 mei 2013, pukul 12:40 wib, warna kulit kebiruan, tonus otot lemah, usaha bernafas megap-megap.
2.   Didapatkan diagnosa dari hasil pengkajian terhadap By.Ny.M yaitu “Bayi baru lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan segera setelah lahir, dengan asfiksia”, masalah yang muncul pada kasus ini yaitu bayi baru lahir pervaginam dengan warna  kulit  kebiruan,  tonus  otot  lemah,  dan   usaha bernafas megap-megap serta kebutuhan yaitu langkah awal resusitasi
3. Didapatkan diagnosa potensial yang mungkin terjadi apabila masalah pada By.Ny.M tidak teratasi berupa henti nafas
4.  Telah dilaksanakan antisipasi sebagaimana dijelaskan dalam teori yaitu langkah awal resusitasi berupa JAIKAP untuk mencegah terjadinya diagnosa potensial yaitu terjadinya henti nafas.
5.  Didapatkan rencana asuhan kebidanan yang diberikan pada By.Ny.M dengan asfiksia yaitu tindakan langkah awal resusitasi, dan asuhan pasca resusitasi.
6. Tindakan asuhan kebidanan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat yaitu dengan tindakan resusitasi, namun hanya sampai pada langkah awal resusitasi yaitu JAIKAP dan dilanjutkan dengan asuhan pasca resusitasi.
7. Hasil evaluasi terhadap By.Ny.M yaitu bayi telah menangis kuat, warna kulit kemerahan serta tonus otot sudah baik.

B.  SARAN
 1.    Bagi insrtitusi pendidikan
Diharapkan dengan disusunnya karya tulis ilmiah ini keefektifan proses belajar dapat ditingkatkan. Serta lebih meningkatkan kemampuan, keterampilan dan pengetahuan mahasiswa dalam hal penanganan kasus asfiksia. Serta kedepan dapat menerapkan dan mengaplikasikan hasil dari studi yang telah didapat pada lahan kerja. Selain itu diharapkan juga dapat menjadi sumber ilmu dan bacaan yang dapat memberi informasi terbaru serta  menjadi sumber refrensi yang dapat digunakansebagai pelengkap dalam pembuatan karya tulis ilmiah pada semester akhir berikutnya.

2.    Bagi penulis
Diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang penatalaksanaan asfiksia dan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan antara teori yang di dapat di bangku kuliah dan dilahan praktek.
  3.    Bagi Lahan Praktik
Diharapkan Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan agar lebih meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan kebidanan, khususnya pada kasus Asfiksia dan Dengan adanya karya tulis ilmiah ini diharapkan di BPS dapat lebih meningkatakan kualitas pelayanan secara komprehensif khususnya dalam menangani bayi baru lahir dengan asfiksia, sehingga AKB dapat diturunkan.


DAFTAR PUSTAKA

Drew, David dan Philip Jevon, Maregaret Raby; alih bahasa,Dian Ramadhani. 2008. editor edisi bahasa Indonesia, Sari Isnaeni. – Jakarta : EGC
Dewi, Vivian Nanny lia.2011.AsuhanNeonates BayidanAnakBalita.Jakarta :SalembaMedika
Notoatmodjo Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
KR, JNPK.2008. Asuhanpersalinan normal. Jakarta :TIM
Soepardan,Suryani.2009.Konsepkebidanan.Jakarta : EGC
Saminem.2010. Dokumentasi Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
Sulistyawati Ari dan Esti Nugraheni. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika
Prawirohardjo, sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT bina Pustaka
Rukiyah, Ai yeyeh, LiaYulianti. 2010. Asuhan Neonates BayidanBalita. Jakarta :Salembamedika
Manuaba, Ida Bagus Gede.2010.ilmu kebidananpenyakitkandungandan KB.Jakarta : EGC
Sulistyawati,Ari.EstiNugraha .2010. AsuhanKebidananpadaIbuBersalin.Jakarta :SalembaMedika
Prawirohardjo, Sarwono.2011. IlmuKebidanan. Jakarta : PT BinaPustaka
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmukebidanan. Jakarta : PT BinaPustaka
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmubedahkebidanan. Jakarta : PT BinaPustaka
http://www.Hukum Kewenangan Bidan.com
http://yulianasept. Blogspot.com/2012/10/proposal-asfiksia,html

0 Response to "LAPORAN TUGAS AKHIR BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel